Masjid Tiban, menjadi bangunan masjid tertua di Kabupaten Wonogiri. Letaknya sekitar 40 kilometer arah selatan ibukota Kabupaten Wonogiri. Masjid yang didirikan para wali ini, keberadaannya diyakini lebih tua dibandingkan dengan Masjid Agung Demak. Sebab, lebih dulu ada sebelum masjid legendaris karya para wali di Demak dibangun.Konon, Masjid Tiban Wonokerso, dijadikan maket sebelum menentukan bentuk, wujud, dan prototipe bangunan Majid Agung Demak. Dalam buku Sekitar Wali Sanga, karya Solichin Salam (penerbit Menara Kudus), ada beberapa versi tentang tanggal dan tahun pendirian Masjid Demak. Ada yang menyakini dibangun Kamis Kliwon malam Jumat Legi tanggal 1 Dulqoidah tahun Jawa 1428. Versi lain menyebutkan, dibangun tahun Saka 1388 sesuai dengan candrasengkala ‘Naga Salira Wani’, serta sesuai gambar petir di pintu tengahnya. Pendapat lain menyebutkan, itu didirikan pada tahun Saka 1410, berdasarkan gambar bulus di dalam masjid.
Jauh waktu sebelum pendirian Masjid Demak, Masjid Tiban Wonokerso telah lebih dulu ada. Menurut legenda, masjid itu ditemukan pertama kali oleh Ki Ageng Tugu (Tuhu) Wono, tatkala membuka rimba diwilayah Sembuyan (Wonogiri selatan), untuk dijadikan tanah perdikan.Waktu itu, Kiai Ageng Tuhu Wono, dibantu Kia Ageng Serang dan Kiai Gozali, beserta para pengikutnya. Betapa takjub, ketika membuka rimba Sembuyan, ditemukan masjid model rumah panggung terbuat dari kayu jati. Penemuan yang tiba-tiba ini, menjadikan masjid itu kemudian dinamakan Masjid Tiban (tiba-tiba ada).
Pembangun Masjid
Siapa yang membangun? Menurut legenda, itu dibangun oleh para wali, tatkala mengembara dalam rangka melaksanakan tugas Raja Demak Bintoro, untuk mencari kayu jati pilihan sebagai bahan baku saka guru (tiang induk) Masjid Agung Demak. Konon, para wali singgah di rimba Sembuyan dan sempat membuat masjid itu.Namun ketika di rimba Sembuyan tak ditemukan kayu jati pilihan, para wali meneruskan perjalanannya menuju ke wilayah Keduwang dan menemukan hutan jati Donoloyo, yang pohonnya dinilai layak dipakai untuk membangun masjid Demak. Sejak ditinggalkan, lambat laun masjid tiban ditelan rimba Sembuyan, dan baru ditemukan lagi oleh Ki Ageng Tuhu Wono.
(sumber /dachrie.wordpress.com)
"maknai perjalanan mu bukan hanya di nikmati, pemaknaan itu milik orang yang mau berpikir" (adorable prof. siz).
Perjalanan yang lumayan jauh dari tengah jogja menuju wonogiri, melewati dari kejauhan waduk gajah mungkur yang indah. Letaknya di dataran tinggi di tengah perkampungan kecil yang dikelilingi hutan jati kering. Tiba di sana, ketika matahari ada tepat di tengah langit, panas dan kering..... Kesan bangunan kayu coklat tua dan usang menyapa, biasa awalnya. Bangunan masjid kuno itu tersambung dengan bangunan masjid baru yang di gunakan untuk keseharian untuk jamaah kampung tersebut. Namun begitu pintu kayu kuno sebagai pintu memasuki masjid terbuka, hawa panas dan kering mencekat tiba-tiba tiada, hanya dingin dan tenang menjadi definisi penggantinya.
Berceritalah pak penunggu masjid mengenai sejarah masjid ini, ratusan tahun masjid ini masih berdiri kokoh dalam bentuk aslinya, bahkan mimbar nya. Tergidik dalam perasaan tak menentu membayangkan ratusan tahun yang lalu Sunan Kalijaga sendiri berada di sini memimpin pencarian kayu.
Banyak hal yang memenggetarkan, namun pengalaman magis - spiritual tersebut biarlah menjadi hal dialektika personal ku sendiri. Picking point-nya bahwa dalam perjalanan materi ini, karena perjalanan tersebut memindahkan materi fisik ku dari jogja ke tempat ini, akan selalu di sertai perjalanan immateri yang taken for granted. Terus ku berpikir, kesempatan menuju tempat ini ku peroleh as a gift dari prof siz, prof sri-edy yang kemudian membawaku pada eskalasi ruang-ruang fikir di benakku.., ketika common knowledge mengatakan masjid tertua adalah masjid demak, sebagai pusat penyebaran Islam di babad Jawa ini, namun pusat kosmos besar sejarah masjid demak tersebut memiliki awal, memiliki red line menuju suatu titik yang lebih awal.
Tahap pemaknaan ku terus berlanjut dan berkecamuk hebat..start for mind traveling.....
nia 2010
0 comments:
Post a Comment