ODYSSEY OF LIFE ....

ODYSSEY OF LIFE ....

The failure of neo-liberalism

Richer and poorer
The failure of neo-liberalism
By Phillip Blond
Published: Saturday, February 2, 2008
The New York Times   

         Phillip Blond  memulai artikelnya berkenaan dengan keadaan ekonomi di abad 21 yang semakin terkonsentrat dimana kepemilikan dominan kekayaan hanya ada pada  segelintir orang dan para spekulan (seperti awal abad 19)  Dua kutub ekonomi sistem kanan dan kiri seakan-akan mampu menciptakan suatu masayarakat yang makmur dan terjamin dalam perekonomiannya. Sayap kanan mengklaim free market yang dikatakan akan mensejahterakan seluruh lapisan  masyarakat, ternyata jelas keliru, ketika kesejahteraan yang dicapai bangsa-bangsa eropa di abad 19  dalam melakukan inovasi dan penciptaan kekayaan, menyebabkan  bangsa-bangsa yang miskin dan un-skilled jatuh pada kemiskinan dan tingkat pengangguran yang sangat tinggi. Begitu pula pada era baru yang disebut globalisasi dimana dua ideology diatasa menciptakan fenomena yang sama yaitu: terciptanya  jarak dalam masyarakat, terciptanya masyarakat  underclass/kelas bawah  masyarakat miskin, masyarakat middle class dengan jaminan kehidupan yang lebih baik, hingga masyarakat new rich (kelas kaya baru) yang bebas dan bahkan memegang rules dunia.                                           
        Neo-liberalisme muncul di Inggris dibawah pemerintahan perdana menteri Margareth Thatcher, di Amerika ketika dipimpin Ronald Reagan hingga negara-negara Anglo-Saxon yang mampu mendorong dan membangun konsep pasar bebas yang berlaku hingga sekarang. Bahkan China telah beralih dari ideologi komunisnya dan menuju pada liberalisasi perdagangan. Perancis juga menegaskan supremasi atas pasar liberal dengan memilih pemimpinnya yabng mengagungkan sistem perdagangan dan ekonomi model Anglo-Saxon tersebut. Dalam  ranah pembangunan ekonomi, fundamental pasar bebas telah menjelma menjadi musibah besar, di Rusia  solusi pasar bebas yang diterapkan di Rusia selama masa pemerintahan Yeltsin hanya menciptakan pemiskinan massal, dan menciptakan kelas masyarakat kaya. Begitu pula pada negara-negara Amerika latin dan Afrika, dimana yang awalnya jauh lebih baik kondisinya dibanding negara-negara berkembang lainnya, turun drastis hingga 60% setelah menggunakan bantuan sponsor IMF, dan bahkan sekarang semakin memburuk. Cerita yang hampir sama di 13 negara OECD (Organization for economic cooperation and development) kenaikan gaji bahkan lebih rendah dibanding tingkat inflasi di era 70-an. Bahkan dijelakan Blond bahwa masa keemasan pekerja, yang ditunjukkan pada prosentase atas GDP ada pada era 1943-1973 dan bukan di dalam era liberalisasi ekonomi saat ini. Kisah nyata atas kesuksesan neo-liberalisme tidak hanya pada penambahan asset suatu negara semata, namun lebih jauh adalah semakin besarnya dan meraksasanya ketidak merataan distribusi kekayaan. Amerika antara range waktu 1979-2004 tingkat kemakmuran meningkat tajam hingga 78%, dibanding hampir 80% populasi di dunia mengalami penurunan pada distribusi pendapatan hingga 15%. Hal itu berarti bahwa transfer kekayaan dari populasi mayoritas pada populasi minoritas yang sangat kaya tersebut sebesar $ 644 milyar.                                                 Di Inggris setelah  era Margareth Thatcher, yang dianggap terdapat kegagalan dimana negara semakin terfragmentasi secara sosial dan ekonomi.  Kemudian di era Tony Blair dan Gordon Brown, wacana pemikiran progresif terkait dengan janji atau harapan untuk meningkatkan kemakmuran, melalui usaha-usaha menerapkan perbaikan pada sektor public dan kaum miskin. Problema sosial harus segera dicarikan solusinya melalui perluasan pendidikan dan membuka kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Inti dari pemikiran progresif tersebut adalah bagaimana keluar dari lingkaran ilusif neo-liberal untuk menuju pencapaian kemakmuran untuk semua lapisaan. Namun, hingga saat ini belum terlihat dari pencapaian tujuan tersebut, distribusi kekayaan, perumahan, dan  fasilitas krusial lain hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil golongan. Telah terjadi mobilisasi sosial yang sangat buruk sama seperti masa pasca perang dunia.                                          Pada akhir artikelnya Blond mengemukakan bahwa ideologi ekonomi baik kanan atau kiri  tersebut nampaknya tidak mampu mengalahkan monopoli kapitalisme, baik melalui konsep welfarism maupun statism untuk melakukan transformasi kehidupan bagi rakyat miskin, begitu pula neo-liberalisme. Yang ada hanya distribusi ekonomi dari konsep pasar bebas menuju monopoli yang dinginkan pihak-pihak pemilik capital. Ditambahkan Blond mengenai suatu pemikiran radikal dan wacana yang belum dieksplor yaitu distribusi umum dan secara luas atasepemilikan, penggunaan asset, kredit dan capital. Hal tersebut dianggap akan menjadi solusi atas konflik antara pemilik capital dengan pekerja/faktor-faktor produksi melalui pasar yang tidak berlandaskan monopoli dan suatu negara yangf menggaji buruhnya dengan sangat baik.

KOMENTAR: 

          Dalam perjalanan historisnya, umat manusia telah mengalami dua ideologi ekonomi utama dalam kurun dua ratus tahun terakhir, yaitu kapitalisme dan sosialisme. Meskipun terdapat achievement gemilang dan prestasi-prestasi yang mencolok dalam bidang-bidang tertentu, namun ideology ekonomi kanan dan kiri  utama dunia ini dianggap telah gagal memecahkan problem-problem utama ekonomi umat manusia. Landasan fundamental sosialisme dengan tujuan utama sebuah pemerataan ekonomi melalui otoriterisme dan totalitarisme  peran negara dalam penentuan pemerataan keadilan. Sistem sosialis tidak memiliki kontrol efektif baik terhadap komando politik maupun terhadap produksi barang. Akibatnya, sistem yang lahir dari pemikiran Marx ini tidak lentur terhadap perubahan-perubahan yang dituntut oleh perkembangan sejarah serta tidak mampu membawa pada suatu kesejahteraan bersama dan distribusi kekayaan yang adil. Sebenarnya dalam paparannya Blond lebih menekankan berkaitan dengan  kapitalisme, dimana dikatakan olehnya bahwa kerusakan ekonomi  hampir diseluruh negara didunia.Tingginya  tingkat inflasi, ekonomi dunia kembali mengalami resesi yang mendalam, tingkat pengangguran yang parah, ditambah tingginya tingkat suku bunga riil serta fluktuasi nilai tukar yang tidak sehat.Tingkat suku bunga semakin tinggi dan diduga akan terus membumbung, memperkuat kekhawatiran akan gagalnya proses penyembuhan di atas. Krisis tersebut semakin memprihatinkan karena adanya kemiskinan ekstrim di banyak negara, berbagai bentuk ketidakadilan sosio-ekonomi, besarnya defisit neraca pembayaran, dan ketidakmampuan beberapa negara berkembang untuk membayar kembali hutang mereka.               
          Meskipun proses penanggulangan dan penyembuhan dari penyakit-penyakit itu kini sedang berlangsung, namun berbagai ketidakpastian masih saja membayang-bayangi. Tingkat suku bunga semakin tinggi dan diduga akan terus membumbung, memperkuat kekhawatiran akan gagalnya proses penyembuhan di atas. Krisis tersebut semakin memprihatinkan karena adanya kemiskinan ekstrim di banyak negara, berbagai bentuk ketidakadilan sosio-ekonomi, besarnya defisit neraca pembayaran, dan ketidakmampuan beberapa negara berkembang untuk membayar kembali hutang mereka. Kapitalisme yang mekanistik yang ternyata tidak memiliki kekuatan dalam membantu dan mengatasi resesi ekonomi yang melanda dunia.  Mekanisme pasar yang merupakan bentuk dari sistem  yang diterapkan kapitalis cenderung pada pemusatan kekayaan pada kelompok orang tertentu.                        
          Robert Heilbroner  mengemukakan bahwa  sosialisme dan kapitalisme sama-sama gagal mengantarkan meraih kesejahteraan social sekaligus moral. Sosialisme dan kapitalisme sama-sama palsu, imitasi dan sama-sama memenderitakan umat manusia sebanding sejarah umat manusia apalagi dalam periode sejarah masyarakat modern. Kedua-duanya terlalu memboroskan human cost secara tidak manusiawi demi doktrin pemerataan (sosialis) dan pertumbuhan (kapitalis). Kedua-duanya sama-sama berada dalam tepi jurang kehancuran.  Trend Neo-liberalism yang muali dikenalkan  era 80-an, dianggap dan dipercaya  mampu menjawab krisis dunia yang dimulai dari colaps-nya sistem ekonomi domestik Meksiko ketika itu, dimana IMF menerapkan pola obral murah utang baru yang ditukar dengan pengetatan ekonomi yang kita sebut dengan Structural Adjusment Programs (SPAs). Kompetisi pasar bebas (free market competition), demikian titik kulminasi yang diharapkan dari sistem ekonomi Neo-Liberalisme ini, dimana secara faktual hari ini terbukti hanya menguntungkan negara-negara maju, yang pada sisi lain justru kian memiskinkan negara berkembang. Yang menjadi menarik kemudian adalah, fakta terjadinya polarisasi ditingkatan negara-negara maju terkait pola dan sistem ekonomi dunia saat ini. Negara-negara eropa bahkan menyebut krisis hari ini sebagai kegagalan sistem ekonomi pasar bebas. Upaya untuk mendorong dan mengembalikan masa keemasan “walfare state“-pun terus dilakukan. Bahkan negara-negara Eropa mulai berteriak bahwa seluruh krisis saat ini terjadi karena kebuasan  sistem pasar bebas, dan neo-liberalisme disebut hanya sebuah topeng baru dari kapitalisme.

achsan 2011. 

0 comments:

Post a Comment

mind were meant to sail and travel.....

mind were meant  to sail and travel.....
tulamben , bali - Indonesia

Pages