Kilang Minyak Tradisional - Wonocolo Kasiman Kab. Bojonegoro
Siang terik panas tak menghentikan keinginan untuk menuju tempat yang di rekomendasikan tukang ojek selagi tugas luar kota di Cepu, walau perjalanan 40 km menuju ke utara menembus jalan menuju kecamatan Kasiman akan di tempuh dengan sepeda motor. Satu hal yang menggelitik, Cepu adalah kecamatan dalam wilayah Blora, namun jika di lihat dari Jembatan panjang sebagai penanda perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, arah menuju Kasiman adalah setelah jembatan panjang tersebut. Dan kecamatan Kasiman masuk pada wilayah kabupaten Bojonegoro. Saya menunggu seakan tiada sabar untuk segera mencapai suatu tempat yang sudah saya inginkan ketika tugas kantor baru berjalan sehari.
Langit biru sempurna dihiasi arak-arakan awan putih menemani perjalanan, Speed of sound - Coldplay sengaja ku masukkan playlist dan terputar berulang sepanjang jalan. Dataran agak tinggi mulai terlihat, memasuki hutan jati yang kurus dan rumah-rumah penduduk tampak seadanya tanpa bangunan beton dan lantai keramik.
Kondisi jalan makadam, membuat saya seakan harus melompat-lompat. Beberapa pos Polisi Hutan saya lewati, sambil tersenyum dan melambaikan tangan. Melewati SMA 1 Kasiman, membuat saya sadar telah mencapai Kasiman, dan bertanya-tanya apakah perjalanan masih jauh.. kondisi jalan yang makadam membuat saya tidak begitu nyaman. Untuk sekedar mengurangi ketidaknyamana, sesekali saya jepretkan kamera dan menyapa para penduduk yang kebetulan berpapasan membawa ranting-ranting kayu.
Tertulis besar kecamatan Kwedean, saya merasa tidak pernah mendengan nama kecamatan itu selama tinggal di Bojonegoro 20 thn yang lalu, kemudian barulah saya tahu nama kecamatan tersebut adalah kecamatan baru melalui pemekaran kecamatan. Memasuki area hutan kecamatan tersebut, jalan semakin tak membaik, jika jaraknya sudah dekat mungkin lebih baik memilih berjalan kaki. 20 menit kemudianjalan terus menanjak, dan area yang saya masuki berbeda dari area hutan yang telah terlewati.
Jalan menanjak membuat saya bisa melihat landscape view dengan luas, yang saya lihat adalah kerangka-kerangka besi segitiga berdiri tegap menantang langit, tersebar pada beberapa titik. Ya saya telah sampai di Kilang Minyak Tradisional yang seakan tersembunyi di tengah hamparan hijau bukit ini, dan terkenal dengan sebutan Wonocolo tersebut. Menurut informasi yang saya peroleh kilang-kilang ini dioperasikan penduduk setempat, walau pada awalnya dikelola oleh personal individu. Kilang-kilang itu tersebar di beberapa titik, ada yang masih beroperasi dan apa yang telah ditinggal penambangnya. Cuaca siang yang terik adalah sahabat para penambang, karena jika hujan turun aktivitas memasak akan berhenti. Memasak disini adalah proses pemisahan materi air bercampur minyak segar yang keluar dari bor-bor tradisional yang di tarik oleh mesin-mesin mobil. Saya berlarian penasaran melihat materi air bercampur minyak langsung setelah pipa bor diangkat dan memuncratkan material tersebut.
I felt great that evening, menuju dataran yang agak tinggi di bawah kerangka besi segitiga yang tidak terpakai lagi sambil berteriak ....I feel Rawwwkkkkkkk. Kapan lagi bisa ke tempat dimana kilang minyak tradisional masih di operasikan dan menjadi mata pencaharian penduduk setempat. Rasa letih dan tidaknyaman selama perjalanan terbayar tuntas.
Captured @ Wonocolo Kasiman - Nia 2011 |
0 comments:
Post a Comment